Dalam ilmu pengobatan tradisional Indonesia, salah satu bahan alam yang belum banyak digunakan di masyarakat adalah tanaman kelor (Moringa oleiferaLamk.). Biji dan daun kelor yang masih muda dikonsumsi sebagai sayur, sedangkan biji yang sudah kering digunakan sebagai bioflokulan logam berat. Selain itu, akar dan daunnya sering digunakan sebagai alternatif alami yang dapat mengurangi rasa nyeri pada persendian. Pemanfaatan tanaman kelor, terutama daun dan akar sering digunakan sebagai alternatif alami pengobatan rheumatik dan encok. Beberapa daerah yang penduduknya memanfaatkan tanaman kelor sebagai pengobatan rheumatik adalah Minahasa, Sulawesi Selatan dan Ujung Pandang (Tugo, 2005).
Menurut Raharjo dan Tan (1979) dalam tanaman kelor diduga terdapat zat aktif yang mampu menurunkan rheumatik dan encok. Diantara zat aktif yang diduga bermanfaat tersebut adalah alkaloid dan flavonoid. Kedua senyawa ini diduga efektif menurunkan rasa nyeri akibat reumatik, dan bersifat anti inflamasi dan anti analgesik. Ganiswara (1995) menambahkan, kandungan alkaloid tanaman kelor yang dapat menurunkan rasa nyeri akibat rheumatik adala kholkisin. Kolkisin mempunyai khasiat anti inflamasi dan analgesik yang spesifik untuk encok dengan efek cepat yaitu 0,5 – 2 jam setelah serangan akut. Daya kerjanya diperkirakan berdasarkan hambatan phagositosis dari leukosit sehingga siklus peradangan diputuskan, serta stabilisasi lisosom meningkat. Di samping itu kholkisin juga berdaya anti mitotik, menghambat proses pembelahan sel (mitosis).
Selain kolkisin, Flavonoid juga diduga dapat menurunkan rasa nyeri persendian akibat rheumatik, dengan aktivitas fisiologinya yaitu inhibisi phosporilasi protein oleh protein kinase dalam netrophil (bagian dari leukosit), yang diaktifkan oleh cAMP untuk merangsang aktivitas metabolik.
Menurut Tahupeiory (1996) flavonoid dan alkaloid yang terdapat pada suatu tanaman mampu menghambat sintesis asam urat dan mendegradasikannya. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam tanaman kelor (M. oleifera Lamk.) yang mampu menghambat sintesis asam urat dan juga bersifat anti inflamasi adalah kholkisin. Kholkisin menghambat aktivitas xanthin oksidase mendegradasikan xanthin dan hipoxantin menjadi asam urat. Selain itu juga kholkisin menuurut Guyton (1987) memutuskan siklus peradangan dengan menghambat phagositosis leukosit yang menyebabkan stabilisasi lisosom meningkat.
Diantara zat aktif yang terkandung dalam daun kelor selain flavanoid dan alkaloid, adalah allopurinol. Menurut Mayes (1992) allopurinol merupakan derivat asam nukleat yang diduga juga mampu menghambat sintesis asam urat. Pemberian allopurinol dilakukan ketika obat yang digunakan mendegradasikan deposit asam urat tidak mampu lagi. Namun, pemakaian allopurinol menimbulkan efek samping berupa nefropathi dan alergi.
Mekanisme penghambatan allopurinol ini dimanfaatkan untuk menjaga sintesis asam urat tubuh tetap setabil. Penggunaan allopurinol menurut Mansoer (2001) menimbulkan efek samping berupa nefropathi dan alergi.
Pada tahun 2008, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Putra Universitas di Malaysia, menerbitkan penelitian yang bertujuan untuk menguji apakah Kelor memiliki aktivitas Antinociceptive dan Anti-inflamasi, seperti halnya obat yang digunakan dalam pengobatan modern seperti NSAID (non-steroid anti-inflammatory drugs). enelitian ini menemukan bahwa daun kelor memiliki aktivitas zat antinociceptive dan anti-inflamasi, bahkan dalam jumlah tinggi. Ini pun berarti bahwa benar Kelor digunakan dalam pengobatan tradisional India sebagai pengobatan untuk Arthritis dan Gout hanya.
Efek dari kelor yang menekan enzim COX-2. enzim ini bertanggung jawab untuk proses inflamasi dan nyeri. Biasanya obat yang digunakan untuk menekan enzim ini adalah NSAID – seperti Voltaren, Nksin, Adoil, Arcoxia, Kaspo dll. Namun NSAID memiliki efek samping yang berbahaya seperti resiko stroke, masalah ginjal, masalah pembuluh darah, masalah perut dan banyak lagi.
Kelor adalah pohon yang telah digunakan sebagai makanan dan oabt-obatan alami sepanjang sejarah, yang berarti bahwa Kelor jauh lebih aman digunakan daripada NSAID dengan efektivitas penyembuhan yang sama dan tanpa efek samping. Saat ini dengan kembali ke pengobatan alami dan herbal, Kelor menawarkan solusi luar biasa untuk berbagai kondisi medis.
Sebuah penelitian di Indonesia menyimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun kelor (M. oleifera Lamk.) memberikan pengaruh terhadap kadar asam urat darah mencit (Mus musculus)
2. Konsentrasi ekstrak daun kelor (M. oleifera Lamk.) yang efektif berpengaruh terhadap kadar asam urat darah mencit hiperurisemia adala konsentrasi 7,5 % dengan nilai sebesar 4,4 mg/dl. (Jumat Hadisasono, 2007).
Sumber : http://moringa.co.id/kelor-atasi-asam-urat/
Menurut Raharjo dan Tan (1979) dalam tanaman kelor diduga terdapat zat aktif yang mampu menurunkan rheumatik dan encok. Diantara zat aktif yang diduga bermanfaat tersebut adalah alkaloid dan flavonoid. Kedua senyawa ini diduga efektif menurunkan rasa nyeri akibat reumatik, dan bersifat anti inflamasi dan anti analgesik. Ganiswara (1995) menambahkan, kandungan alkaloid tanaman kelor yang dapat menurunkan rasa nyeri akibat rheumatik adala kholkisin. Kolkisin mempunyai khasiat anti inflamasi dan analgesik yang spesifik untuk encok dengan efek cepat yaitu 0,5 – 2 jam setelah serangan akut. Daya kerjanya diperkirakan berdasarkan hambatan phagositosis dari leukosit sehingga siklus peradangan diputuskan, serta stabilisasi lisosom meningkat. Di samping itu kholkisin juga berdaya anti mitotik, menghambat proses pembelahan sel (mitosis).
Selain kolkisin, Flavonoid juga diduga dapat menurunkan rasa nyeri persendian akibat rheumatik, dengan aktivitas fisiologinya yaitu inhibisi phosporilasi protein oleh protein kinase dalam netrophil (bagian dari leukosit), yang diaktifkan oleh cAMP untuk merangsang aktivitas metabolik.
Menurut Tahupeiory (1996) flavonoid dan alkaloid yang terdapat pada suatu tanaman mampu menghambat sintesis asam urat dan mendegradasikannya. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam tanaman kelor (M. oleifera Lamk.) yang mampu menghambat sintesis asam urat dan juga bersifat anti inflamasi adalah kholkisin. Kholkisin menghambat aktivitas xanthin oksidase mendegradasikan xanthin dan hipoxantin menjadi asam urat. Selain itu juga kholkisin menuurut Guyton (1987) memutuskan siklus peradangan dengan menghambat phagositosis leukosit yang menyebabkan stabilisasi lisosom meningkat.
Diantara zat aktif yang terkandung dalam daun kelor selain flavanoid dan alkaloid, adalah allopurinol. Menurut Mayes (1992) allopurinol merupakan derivat asam nukleat yang diduga juga mampu menghambat sintesis asam urat. Pemberian allopurinol dilakukan ketika obat yang digunakan mendegradasikan deposit asam urat tidak mampu lagi. Namun, pemakaian allopurinol menimbulkan efek samping berupa nefropathi dan alergi.
Mekanisme penghambatan allopurinol ini dimanfaatkan untuk menjaga sintesis asam urat tubuh tetap setabil. Penggunaan allopurinol menurut Mansoer (2001) menimbulkan efek samping berupa nefropathi dan alergi.
Pada tahun 2008, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Putra Universitas di Malaysia, menerbitkan penelitian yang bertujuan untuk menguji apakah Kelor memiliki aktivitas Antinociceptive dan Anti-inflamasi, seperti halnya obat yang digunakan dalam pengobatan modern seperti NSAID (non-steroid anti-inflammatory drugs). enelitian ini menemukan bahwa daun kelor memiliki aktivitas zat antinociceptive dan anti-inflamasi, bahkan dalam jumlah tinggi. Ini pun berarti bahwa benar Kelor digunakan dalam pengobatan tradisional India sebagai pengobatan untuk Arthritis dan Gout hanya.
Efek dari kelor yang menekan enzim COX-2. enzim ini bertanggung jawab untuk proses inflamasi dan nyeri. Biasanya obat yang digunakan untuk menekan enzim ini adalah NSAID – seperti Voltaren, Nksin, Adoil, Arcoxia, Kaspo dll. Namun NSAID memiliki efek samping yang berbahaya seperti resiko stroke, masalah ginjal, masalah pembuluh darah, masalah perut dan banyak lagi.
Kelor adalah pohon yang telah digunakan sebagai makanan dan oabt-obatan alami sepanjang sejarah, yang berarti bahwa Kelor jauh lebih aman digunakan daripada NSAID dengan efektivitas penyembuhan yang sama dan tanpa efek samping. Saat ini dengan kembali ke pengobatan alami dan herbal, Kelor menawarkan solusi luar biasa untuk berbagai kondisi medis.
Sebuah penelitian di Indonesia menyimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun kelor (M. oleifera Lamk.) memberikan pengaruh terhadap kadar asam urat darah mencit (Mus musculus)
2. Konsentrasi ekstrak daun kelor (M. oleifera Lamk.) yang efektif berpengaruh terhadap kadar asam urat darah mencit hiperurisemia adala konsentrasi 7,5 % dengan nilai sebesar 4,4 mg/dl. (Jumat Hadisasono, 2007).
Sumber : http://moringa.co.id/kelor-atasi-asam-urat/